Indahnya Kebersamaan

Indahnya Kebersamaan

Selasa, 12 Mei 2015

Psikologi 4

COGNITIVE ENTRY

A.  Konsep Kognitif
1.   Teori Psikologi kognitif
Menurut Sternberg (2008:2): kognitif adalah cara manusia berpikir, Psikologi kognitif adalah ilmuan yang berpikir tentang cara manusia berpikir. Dan psikologi kognitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Seorang psikologi kognitif mempelajari cara manusia memahami beragam bentuk, kenapa mereka ingat beberapa fakta tetapi lupa fakta yang lain atau bagaimana cara mereka belajar bahasa. Solso dan kawan-kawan, (2008:10) : Psikologi kognitif adalah ilmu pemrosesan informasi yang dimaksudkan adalah psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan memproses informasi mengenai dunia cara informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berpikir dan menyususn bahasa dan bagaimana proses–proses ini ditampilkan dalam perilaku yang dapat di amati. Proses-proses tersebut meliputi neurosains kognitif, kecerdasan manusia dan kecerdasan konsep, berpikir dan formasi konsep, perkembangan kognitif, pengenalan pola, atensi, kesadaran, memori, representasi pengetahuan, pencitraan, bahasa, sensasi persepsi
2.   Teori Belajar Psikologi Kognitif
Proses hubungan stimulus-response-reinforcement merupakan awal dari teori belajar psikologi kognitif atau teori belajar kognitif. Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidak dikontrol oleh reward dan reinforcement dan senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitifis berpandangan bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan–hubungan yang ada di dalam situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian–bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan
a.   Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin
Lewin (1892-1947) dalam Wasty Soemanto (2006:129) berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan baik yang dari dalam individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan;maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan. Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing-masing individu berada di dalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsur yaitu kepribadian dan psikologi sosial. Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi/restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan).
b.  Teori Belajar Cognitive Developmental dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget dalam  Wasty Soemanto (2006:130) memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme: pola tingkah laku yang dapat diulang, yang berhubungan dengan :
1)  Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
2)  Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat diamati)
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu :
1)  sensory motor ;
2)  pre-operational ;
3)  concrete operational dan ;
4)  formal operational
Perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap menurut Piaget yaitu:
1)  Kematangan ;
2)  Pengalaman fisik/ lingkungan ;
3)  Transmisi social ;
4)  Equilibrium/self regulation
Menurut Piaget intelegensi itu terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1)  struktur (scheme) : pola tingkah laku yang dapat diulang
2)  isi (content) : pola tingkah laku yang spesifik (saat menghadapi masalah)
3)  fungsi (function) : berhunbungan dengan cara seseorang untuk mencapai kemajuan intelektul
c.   Teori Belajar Discovery Learnig dari Jerome Bruner
Teori Bruner dalam  Wasty Soemanto (2006:134) menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu siswa mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak. The act of discovery dari Burner diantaranya
1)  Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual ;
2)  Ganjaran intrinsic lebih ditekankan daripada ekstrinsik ;
3)  Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning ;
4)  Murid lebih senang mengingat-ingat informasi
Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga berpengaruh dalam psikologi kognitif. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu dapat diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning.
B.  Konsep Behavior
Ada beberapa pandangan tentang behaviorisme, Sternberg (2008:7) behaviorisme adalah sebuah pandangan teoritis yang berpandapat bahwa psikologi mestinya menyoroti relasi antar perilaku yang bisa diamati di satu sisi, dan peristiwa-peristiwa lingkungan atau stimuli yang mempengaruhinya di sisi lain.
1.   Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik, dimana aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Dengan demikian teori behavioristik menganggap seseorang telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.  Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Disamping stimulus respon dalam teori behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan yang dimaksud dalam teori ini apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.


2.   Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan    hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
a)    Teori Koneksionisme
Teori belajar Thorndike (1874-1949) dalam Dalyono (2005:30) disebut “connectionism” atau asosiasi karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus  dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”, individu yang belajar melakukan kegiatan proses “trial-and-error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut (Dalyono, 2005:31) :
1)    “Law of readiness” :
Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka rekasi menjadi memuaskan
2)    “Law of exercise” :
Makin banyak dipraktekkan atau digunakan hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”
3)    Law of effect” :
Bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilaman hubungan dibarengi ”state of affairs” yang menunggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang
Selanjutnya Dalyono (2005:31)  menyebutkan ciri–ciri belajar dengan “trial-and-error” yaitu : (a).ada motif pendorong aktivitas; (b).ada berbagai respon terhadap situasi; (c).ada eliminasi        respon–respon yang gagal/salah dan; (d) ada kemajuan reaksi–reaksi mencapai tujuan
b)    Skinner’s Operant Conditioning
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, B.F. Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Seperti halnya Thorndike, Skinner dalam Soemanto (2006:125) menganggap “reward” atau “reinforcement”  sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Selanjutnya Skinner membagi dua jensi respon  dalam proses belajar yakni :
1)    Respondents   : respon yang terjadi karena stimuli khusus
2)    Operants                     : respon yang terjadi karena situasi random
Operants conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung. Operants conditioning menjamin respon terhadap stimuli. Ada beberapa jenis stimuli (Soemanto, 2006:126) diantaranya :
1)    Positive reinforcement : panyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu respons;
2)    Negative reinforcement : pembatasan stimuli yang tidak menyenangkan, yang hanya jika dihentikan akan mengakibatkan probalilitas respon;
3)    Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan misalnya “contradiction or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa penagguhan stimulus yang menyenangkan (removing a pleasant or reinforcing stimulus);
4)    Primary reinforcement : stimuli pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisiologis :
5)    Secondary or learned reinforcement ; (6)    Modifikasi tingkah laku guru : perlakuan guru terhadap murid berdasarkan minat dan kesenangan mereka
C.  Kelebihan dan kekurangan Teori Kognitif
1.   Kelebihan dari metode pembelajaran kognitif
Teori kognitif adalah sebuah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan perilaku, melainkan manusia juga mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda di dalam diri setiap manusia yang berupa struktur kognitif, proses belajar kognitif akan berjalan dengan baik apabila di berikan materi pelajaran baru dari penyaji sehingga si penerima tidak merasa bosan.
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:
a)     Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
b)     Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
c)     Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
d)     Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
e)     Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
2.   Kelemahan dari metode pembelajaran kognitif
Selain meninjau dari segi kelebihan teori kognitif, berikut adalah beberapa kelemahan dari metode pembelajaran kognitif:
a)      Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
b)      Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
c)      Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
d)      Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
e)      Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
D.  Aplikasi praktis teori kognitif dalam pembelajaran
1.   Penalaran Deduktif
Adalah proses penalaran dari satu atau lebih pernyataan universal terkait dengan apa yang diketahui untuk mencapai satu kesimpulan logis tertentu. Penalaran deduktif merupakan proposisi logis didasarkan pada pernyataan tegas yang bisa benar atau salah dalam sebuah argumen logis premis adalah proposisi yang membentuk argumentasi-argumentasi.

a)  Penalaran Deduktif Proses Kognitif
Dalam konteks psikologi kognitif,  Sternberg (2008:425) menyatakan penalaran deduktif berguna karena membantu manusia menghubungkan berbagai preposisi untuk mencapai kesimpulan. Beberapa kesimpulan ini masuk akal sementara yang lain tidak. Tetapi sebagian besar kesulitan menalar ini terletak di dalam upaya memahami bahasa masalah–masalah (Girotto, 2004).
b)  Penalaran Deduktif Proses Entry Behavior
Penalaran deduktif dapat kita tingkatkan dengan mengembangkan strategi-strategi untuk menghindari pembuatan kesalahan. Dalam entry behavior kita dapat meningkatkan efektifitas proses kerja dengan pembalikan negasi-negasi universal. Prosesnya dengan mengambil waktu untuk mempertimbangkan contoh–contoh yang sebaliknya dan menciptakan model-model mental yang lebih banyak.
2.   Jaringan dan Skema
Jaringan merupakan cara manusia mengoranisasikan konsep, sedangkan skema merupakan pendekatan untuk memahami bagaimana konsep berkaitan di dalam pikikiran.

a)  Jaringan dan Skema Proses Kognitif
Skema adalah sebuah kerangka mental bagi pengorganisasian pengetahuan. Skema menciptakan struktur bermakna dari konsep-konsep terkait. Skema bagi psikologi kognitif merupakan sebuah elaborasi yang sangat kaya (Sternberg, 2008: 269)
b)  Jaringan dan Skema Proses Entry Behavior
Proses berpikir dalam matematika membentuk model deklaratif dan prosedural dimana dalam menyelasikan sebuah masalah dilakukan proses analisis. Hal ini paling sering dibaut dalam pohon masalah atau jejaring pada teori graf. Analoginya dalam proses berpikir didukung oleh pengalaman – pengalaman yang diperoleh melalui latihan – latihan sehingga proses pembentukan mental dapat terwujud.

E.  Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavior
Dalam setiap teori tidak lepas dengan adanya kelebihan dan kekurangan, maka dalam penerapan teori pembelajaran berbasis behavioristik menjumpai kekurangan dan kelebihan diantaranya :
1.   Kelebihan Teori Behavior
Teori behaviorisme dalam pendidikan memiliki sejumlah besar pengikut sehingga memiliki implikasi yang nyata dalam pembelajaran. Bahkan harus diakui banyak pendidik diseluruh belahan dunia ini yang masih mempraktekan aliran behaviorisme. Teori bihaviorisme dengan model hubungan S-R mendukung siswa sebagai individu yang pasif.
Pembelajaran yang berpijak yang dirancang berdasarkan teori behaviorisme memandang pengetahuan bersifat objektif, tetap, pasti dan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar merupakan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama tentang pengetahuan yang diajarkan. Proses berpikir utama siswa adalah “meng-copy and paste” pengetahuan seperti apa yang dipahami pengajar.

2.   Kekurangan Teori Behavior
Dalam proses belajar mengajar siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pengajar.  Oleh karena itu, kurikulum dikembangkan secara terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus diraih oleh siswa. Dalam penilaian (assesment) hasil tes tulis, hasil uji kinerja yang dapat diamati (observable), sehingga hal-hal yang tidak teramati seperti sikap, minat, bakat, motivasi dan sebagainya kurang dijangkau oleh penilaian.


F.  Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pembelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pembelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
G. Cognitive Entry Behavior
Cognitive entry behavior merupakan istilah lain untuk menjelaskan tipe-tipe prerequisite pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang esensial untuk belajar pada tugas-tugas yang baru. Dalam responsive evaluation, entry behavior termasuk dalam klasifikasi data antecedent yang dapat berupa status seorang siswa sebelum mengikuti pelajaran seperti : bakat, pengalaman sebelumnya, minat dan kemauan. Hasil belajar dalam cognitive entry behavior  terukur melalui cognitive entry characteristics, affective entry characteristics dan kualitas pembelajaran itu sendiri
Kemampuan awal (entry behavior) berbeda dengan kamampuan dasar (aptitude). Entry behavior menunjuk pada kemampuan prasyarat (prerequisite background) yang diperlukan sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajari, yang sifatnya menjurus pada aspek tertentu, sedangkan kemampuan dasar bersifat lebih umum. Dalam merumuskan cognitive entry behavior  maka diperlukan langkah awal persiapan berupa desain cognitive entry behavior plus outputnya sebagai berikut:
1.   mengidentifikasi entry behavior; outputnya adalah entry behavior calon peserta pelatihan;
2.   merumuskan tujuan pembelajaran (objective); outputnya adalah rincian tujuan pembelajaran yang sudah spesifik, operasional dan dapat diukur;
3.   menyusun performance test ; tentunya hasilnya adalah berbagai bentuk dan jenis test yang relevan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut;
mengurutkan performance (instructional analysis); dan menentukan aktifitas (strategi: metode, media, waktu) yang relevan untuk pencapaian tujuan pelatihan tersebut;




1 komentar: