SARANA
BERFIKIR ILMIAH
A. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Ada
tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan (proposisi) dan
penalaran (reasoning).
Pengertian
merupakan suatu yang abstrak, pengertian muncul bersamaan dengan observasi empiris. Ketika kita melihat awan, pohon
langit dan laut terbentuklah pemikiran tentang awan, pohon, langit, dan laut
dalam pikiran. Jadi aktvitas pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera.
tepat tidaknya pemikiran tergantung pada tepat tidaknya observasi
empiris.sekali terbentuk pengertian menjadi data dalam proses berfikir lebih
lanjut. Oleh sebab itu pengertian juga disebut data empiris atau data
psikologis.
Dalam rangkaian
pengertian itulah disebut pernyataan atau proposisi. Sering proposisi disebut
juga kalimat. Proposisi terdiri dari tiga unsur yakni, subjek, predikat dan
kata penghubung. Predikat adalah pengertian yang menerangkan, subjek adalah
pengertian yang diterangkan dan kata penghubung (kopula) mengakui atau
memungkiri hubungan antara subjek dan predikat.
Penalaran adalah
bentuk pemikiran yang lebih rumit karena merupakan bentuk tertinggi dari
pemikiran, sehingga pembahasannya dipisahkan dari pembahasan sebelumnya
(meskipun secara sangat singkat).
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris.
Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu
yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik
dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan,
deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus
ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana
berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah
dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli:
- Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
- Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
- Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
- Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan
dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir secara ilmiah
adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya.
Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan
berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan
hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu
adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai
peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam
keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu
(science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
- Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas.
- Menurut Prof. DR. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia
dikelompokkan atas:
·
Pengalaman.
·
Otoritas .
·
Cara
berfikir deduktif.
·
Cara
berfikir induktif .
·
Berfikir
ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
- Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
- Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut
juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat
dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah
pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana
tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang
mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal
mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan
kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan
arti keberadaan dirinya di dunia. Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir
secara mendalam”, seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak
tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan
segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap “berpikir secara
mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka
berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan “filosof”. Bagi
seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan,
karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk
membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu :
bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika. Bahasa ilmiah
berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh
proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam
berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya.
Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif
dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan
kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai
tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir
ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi
pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan
alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.
Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab
itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita
harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah berfikir
tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai
kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan,
manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Karenanya tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki
peran sebagai wakil. Tuhan dibumi, melalui penciptaan kebudayaan. Proses
penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai
dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir.
Meskipun sebenarnya hewan memiliki kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal
berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir dengan kemampuan
terbatas pada instink dan demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan,
manusia dalam proses berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan
hingga menghadirkan kebudayaan dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang
nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Selain berfikir ilmiah, terdapat dua contoh lain dimana
sebuah kegiatan berfikir tidak dapat disebut sebagai penalaran. Keduanya
adalah berfikir dengan intuisi dan berfikir berdasarkan wahyu. Intuisi
adalah kegiatan berfikir manusia, yang melibatkan pengalaman langsung dalam
mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, intuisi tidak memiliki pola fikir
tertentu, sehingga ia tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan penalaran. Sebagai
misal, seorang Ayah merasa tidak tenang dengan kondisi anaknya yang sedang
menuntut ilmu di luar kota. Tetapi ketika ditanyakan apa sebab yang menjadi dasar
ketidaktenangan dirinya, sang Ayah tidak dapat menyebutkannya dan hanya
beralasan bahwa perasaannya menyatakan ada yang tidak beres dengan si anak yang
ada di luar kota. Setelah menyusul ke tempat anaknya, ternyata si anak sedang
sakit parah. Meskipun proses berfikir sang Ayah mendapatkan kebenaran, tetapi
tidak bisa disebut berfikir ilmiah, karena tidak memenuhi suatu logika
tertentu dan terlebih lagi tidak terdapat proses analitis terdapat peristiwa
ini.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan
penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah
proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang
ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir
ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir
non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu:
- Sumber pengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber
pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah
(intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
2. Ukuran kebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran
kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir
non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada
keyakinan semata.
B. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan
Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang
membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan
bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri. Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang, sistematika,
komunikasi.
Adapun
ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
- Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
- Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
- Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
- Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
Kelemahan
bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif,
representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam
praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk
membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan
informatifnya.
Keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuannya
berfikir melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu,
Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang
mempergunakan symbol. Bahasa Sebagai sarana komunikasi maka segala yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir
sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa
mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berfikir sebagai secara sistematis dan teratur. Dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berfikir seseorang dan tiada batas
dunia. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana
komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan, syarat-syarat bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif dan
eksplisit.
Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan
bahasa dan menggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti bernafas dan
berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan
termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Banyak ahli bahasayang
telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya tentang pegertian bahasa. Pernyataan
tersebut tentunya berbeda-beda cara menyampikannya. Seperti
pendapat Bloch and Trager mengatakan bahwa : a language is a system of
arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates
(bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi). Peran bahasa disini
adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses
berpikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa tiada
komunikasi.
Adapun
ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
- Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
- Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
- Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya
- Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir
ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana
komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur emotif, Reproduktif,
Obyektif, Eksplisit.
Bahasa
pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
- Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
- Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu
dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama
bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan
nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional
yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang
integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang
kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern sejalan
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan
kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit.
Berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi
oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir
ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
modernisasi masyarakat Indonesia. Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu pula ditingkatkan.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia
memiliki kesanggupan menyatakan dengan tegas, jelas, dan eksplisit
konsep-konsep yang rumit dan abstrak.
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi
bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi.
Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana
untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini
saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi
bahasa adalah:
- Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
- Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
- Penyampaian pikiran dan perasaan
- Penyenangan jiwa
- Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa
yaitu:
- Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah.
- Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
- Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990, 175).
Komunikasi dengan mempergunakan
bahasa akan mengandung unsur simbolik dan emotif, artinya, kalau kita berbicara
maka pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur
emotif, demikian juga kalau kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu
mengandung unsur-unsur informatife. Menurut Jujun S. Suriasumantri, 1990, 175,
dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif,
agar pesan itu reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Menurut
Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai berikut:
- Instrumental yaitu: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
- Fungsi Regulatoris yaitu: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
- Fungsi Interaksional yaitu: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
- Fungsi Personal yaitu: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
- Fungsi Heuristik yaitu : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
- Fungsi Imajinatif yaitu: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
- Fungsi Representasional yaitu: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan.
- Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa.
Ada dua pengolongan bahasa yang
umumnya dibedakan yaitu :
- Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
- Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan
bahasa buatan adalah sebagai berikut:
- Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung.
- Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
Dari uraian diatas tentang bahasa,
bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah. Dengan demikian bahasa
ilmiah dapat dirumuskan, bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam
bidangnya dengan mengunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili
pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa ilmiah inilah pada dasarnya
merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai
benar atau salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk
mengkomunikasikan karya ilmiah.
C. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut
memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika
adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat
mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika.
Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan
emosional dari bahasa verbal. Umpamanya: kita sedang mempelajari kecepatan
jalan kaki seorang anak maka objek kecepatan jalan kaki seorang anak
dilambangkan x, dalam hal ini maka x hanya mempunyai arti yang jelas yakni
kecepatan jalan kaki seorang anak. Demikian juga bila kita hubungkan kecepatan
jalan kaki seorang ana dengan obyek lain misalnya: jarak yang ditempuh
seorang anak”yang kita lambangkan dengan y, maka kita lambangkan hubungan
tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan “waktu berjalan kaki seorang
anak”. Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi emosional, selain itu
bersifat jelas dan spesifik.
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan
intelektual. Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika
juga memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk
kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
macam-macam ilmu pengetahuan. Matematika dalam perkembangannya memberikan
masukan-masukan pada bidang-bidang keilmuan yang lainnya. Konstribusi
matematika dalam perkembangan ilmu alam lebih ditandai dengan pengunaan
lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan mengukur, objek ilmu alam misal
gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan dilakukan penelaahan secara
berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang
kompleks dan sulit melakukan pengamatan. Disamping objeknya yang tak terulang
maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat
dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan
konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan
suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi
untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas
dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu
pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa
yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan
fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada
matematika maupun dalam bidang.
Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat
menggunakan alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
- Menggunakan algoritma.
- Melakukan manupulasi secara matematika.
- Mengorganisasikan data.
- Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
- Mengenal dan menenukan pola.
- Menarik kesimpulan.
- Membuat kalimat atau model matematika.
- Membuat interpretasi bangun geometri.
- Memahami pengukuran dan satuanya.
- Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Adapun kelebihan dan
kekurangan matematika:
- Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat universal.
- Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
D.
PERAN
STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistik ini merupakan sekumpulan metode untuk membuat
keputusan dalam bidang keilmuan yang melalui pengujian-pengujian yang
berdasarkan kaidah-kaidah statistik. Bagi masyarakat awam yang kurang terbiasa
dengan istilah statistika maka istilah statistik biasanya akan berkonotasi
dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakan dan bahkan merasa
bingung untuk membedakan antara statistika dan matematika. Berkenaan dengan itu
statistika ini merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari aspek
kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta-fakta dalam
bentuk hitungan atau pengukuran.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang
ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat
menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian
dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya
didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya
- Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara etimologi kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka data kuantitatif saja.
- Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.
Jadi statistika merupakan sekumpulan
metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelolah dan
menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat
mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode
penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas
dan hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan
statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman
modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan
ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan
Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
- Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
- Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
- Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
- Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Adapun hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah
Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu sebagaimana yang kita bahas
sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,
diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan
ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan
yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif,
merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar