Keterampilan Proses Sains
A. Pengertian
Keterampilan Proses Sains (KPS)
Pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan siswa dan merangsang siswa untuk aktif dan kreatif
salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses sains.
Proses pembelajaran tersebut lebih banyak melibatkan siswa untuk bertindak
lebih aktif, serta mengelola temuannya yang diperoleh dari aspek-aspek
keterampilan, sebagaimana
Devi (2011) mendefinisikan “Keterampilan“ adalah kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri.
Siswa
diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,
seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses
tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Begitu pula menurut
Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan manemukan ilmu
pengetahuan. KPS menjadi sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Proses
didefinisikan sebagai perangkat keterampilan yang digunakan dalam melakukan
suatu penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan
menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan
penelitian. Sains (science) berasal bahasa latin “scientia“ secara harfiah
berarti “pengetahuan“. Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan
tersebut. Dengan demikian Proses Sains merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam rangka melakukan suatu kegiatan penelitian.
Wikipedia (2011) menjelaskan bahwa Sains sebagai proses merupakan
langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
rangka mencari penjelasan tetang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
yang mendasar dari Sains adalah kuantifikasi artinya gejala alam dapat
berbentuk kuantitas.
Pendekatan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya ialah ada dalam diri siswa.
Senada dengan hal tersebut, (Kurniati 2001: mengungkapkan bahwa pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa agar
dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep, melalui kegiatan dan atau
pengalaman-pengalaman.
B. Langkah-langkah
Keterampilan Proses Sains (KPS)
American
Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), bahwa
pengklasifikasian menjadi keterampilan proses dasar dan ketrampilan proses
terpadu.
1.
Kerampilan Proses Dasar :
a)
Observation
(pengamatan)
Pengamatan
merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan
menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan
pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan
dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka
terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang, pengamatan yang
dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif,
sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut
pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih
siswa mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk melakukan
pengamatan suatu objek.
b)
Measuring
(pengukuran)
Keterampilan
mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu dan
sebagainya. Menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan
membandingkannya terhadap standar yang konvensional atau standar non
konvensional (Nasution, 2007).
c)
Inferensi
(menyimpulkan)
Inferensi adalah
sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil
inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang
diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi,
sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar
merumuskan sendiri inferensinya.
d)
Prediksi
(meramalkan)
Prediksi adalah
ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi
didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara
beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi
yaitu : Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi
dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data
pada saat pengamatan dilakukan.
e)
Clasifying
(menggolongkan)
Klaslifikasi
adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau
pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan
klasifikasi dapat dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan
berikut ini :
1)
Mengidentifikasi
dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
2)
Menyusun
klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifatsifat objek.
Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan
persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya.
f) Commuication (komunikasi)
Komunikasi didalam
keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses
lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk
rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan
berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa
mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.
2. Ketrampilan
Proses Terpadu
a) Mengidentifikasi Variabel
Variabel adalah
satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah
pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak
dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah
besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume
diukur dalam liter dan suhu diukur dalam thermometer.
b)
Interpretasi
Data
Keterampilan
interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan
mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk
yang mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah
dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu
kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data
yang membentuk pola atau beberapa kecenderungan.
c)
Perumusan
Hipotesa
Hipotesis biasanya
dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan tentang
pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variabel respon.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan
biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan
data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga
dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
d)
Pendefinisian
Variabel secara operasional
Mendefinisikan
secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel
itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa
yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen.
e)
Merancang
Eksperimen
Eksperimen dapat
didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan
data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang
diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan
kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka
setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan
merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit,
tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan
dengan konsep-konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa
dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah Remaja.
Menurut Rezba (1999), keenam
keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun
ketika terintegrasi secara bersamasama. Keterampilan proses dasar merupakan
fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat
penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan
proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat
meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada
siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak
menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan
komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan
proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).
C. Hal-hal
yang mendasari pembelajaran dengan menggunakan KPS
Menurut
Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses
siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam
keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung
sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih
menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Menurut Dahar (1996), keterampilan
proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi
setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan
sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Dimyati
(2009), kelebihan KPS adalah:
a.
KPS
dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami
fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
b.
Memberikan
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.
c.
KPS
membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Menurut Semiawan (1992:14-15) dalam
Nuh (2010), terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains
diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu:
a.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin
lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa.
b.
Adanya
kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai dengan contoh yang konkret,
c.
Penemuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %,
tapi bersifat relatif,
d.
Dalam
proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan
sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Menurut Nuh (2010), beberapa hal yang
mempengaruhi keterampilan proses sains yang dituntut untuk dimiliki siswa.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu
perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan
strategi guru dalam mengajar.
D.
Penilaian KPS
Prosedur penilaian KPS
adalah untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai seluruh aspek, dapat
melalui Observasi dan Tes Tertulis. Metode Observasi dapat dilakukan pada
setiap pembelajaran di kelas, di laboratorium maupun di lapangan dengan
menggunakan format observasi penilaian keterampilan proses. Sedangkan Tes
Tertulis dapat dilakukan menggunakan tes obyektif dan uraian. Untuk mengetahui
bahwa proses kerja ilmiah itu benar-benar terjadi dan siswa memahami konsep
dengan baik, maka dalam setiap pokok uji tes obyektif siswa dituntut untuk
mengemukakan alasan mengapa ia memilih jawaban tersebut, sehingga dapat
diinterpretasikan apakah siswa hanya menebak, salah konsep, tidak mengusai
konsep dan keterampilan proses, atau menguasai konsep dan keterampilan proses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar