Intelegensi
A.
Pengertian Intelegensi
Konsep Intelegensi
menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap
gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan
dikuantifikasikan dalam angka. Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir
semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali
kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen)
dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah
inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero
yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek
alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal
dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa
latin yaitu “inteligensia“. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri
berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego
berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian
kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono
mengemukakan intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep
mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi
mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk
mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Beberapa pakar
menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.
Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering
dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain,
intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak
disekolah.
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni:
1. kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang
membentuk pengetahuan
dan kesadaran.
2. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi
sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan
dengan demikian pengetahuan pun bertambah.
Sternberg dan
Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan menjadi 3
diantaranya:
· 1. Inteligensi Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses
penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu
mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu
dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
2. Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat
yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik
diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban
seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
· 3. Inteligensi Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk
menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya:
seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi
dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam
pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu
dengan berbagai peralatan dan media.
B.
Macam-macam
IntelIgensi
Ada beberapa macam intelegensi, antara lain :
· 1. Inteligensi keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk
berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna.
Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab
sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh
pertanyaannya “Apa persamaan Singa dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya
menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
· 2. Inteligensi keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk
menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan
eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.
Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga
suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya
menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
· 3. Inteligensi kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk
berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya
dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan
kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai
agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik,
organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara
terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
· 4. Inteligensi kemampuan musical
Yaitu kepekaan terhadap
pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau
warna suara dalam sebuah komposisi music.
· 5. Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk
memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan
menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan
keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
· 6. Inteligensi Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk
memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki
kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri,
dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat
dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka
mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung
berprofesi menjadi teolog, psikolog.
· 7. Inteligensi keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk
memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin
hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat
berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan
harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
· 8. Inteligensi keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan untuk
mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam. Menonjol
ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang,
diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan
dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang,
peumbuhan tanaman, dan tata surya.
· 9. Inteligensi emosional
Yaitu kemampuan untuk
merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti memahami
persfektif orang lain).
Orang
yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa
Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama Tes
Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertama kali diumumkan antara
1908-1911 yang diberinama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau
skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk
anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai
segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti
mengulang kalimat, dengan tes semacam
inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak
tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender).
Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ
(Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga
sekarang terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun
nonverbal. Juga dinegeri kita sudah mulai banyak dipergunakan te, dalam
lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu. Klasifikasi
IQ antara lain :
· Genius 140 ke atas
· Sangat Cerdas 130-139
· Cerdas (superior) 120-129
· Di atas rata-rata 110-119
· Rata-rata 90-109
· Di bawah rata-rata 80-89
· Garis Batas 70-79
· Moron 50-69
· Imbisil, Idiot 49 ke bawah
C.
Faktor
yang mempengaruhi Inteligensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu
memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Perbedaan intelegensi itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut
a. Pengaruhfaktorbawaan
Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (+
0,50) orang yang kembar (+ 0,90) yang tidak bersanak saudara (+
0,20), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 –
+0,20 ).
Perkembangan
anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Ada beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap
intelegensi, antara lain :
-
Lingkungan
keluarga;
- Pengalaman pendidikan;
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu
konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari
intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan organic otak.
d Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengan
umur).
e. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan
sengaja (seperti disekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar).
f.
Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai
kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan
kebutuhannya.
Semua
faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
intelegensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan
pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
D.
Beberapa
hal yang berhubungan dengan Inteligensi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara
lain
a.
Inteligensi
Dengan Bakat
Inteligensi
merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan
yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang
memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap
kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat
tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar
selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan
sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan
untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat.
Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap
kemampuan yang amat spesifik.
b. Inteligensi
dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan
salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan
manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara
kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya.
Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear
dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian
tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat
kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh
tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat
korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan diatas
menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya
diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu
proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan
alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes
inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat
konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan
c. Hubungan inteligensi dengan kehidupan
Memang
kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan
satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak
lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan.
Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam
usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas
jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi)
seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orang-orang
yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat
kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan
bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita
yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula
seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, dapat lebih maju
dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan
tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi
intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan
berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan
dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan
bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di
mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan
pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat
korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan
seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar