Konstruktivisme
1. Pengertian Konstruktivisme
Kontruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek
semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang di amatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang
berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu
tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis. Tergantung individu yang
melihat dan mengkontruksinya (Wina Sanjaya, 2005:118).
Teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada
dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan
di mana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi
yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
perlu (Rusman, 2012 : 201).
Teori
konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan
aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Demikian ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang
lahir dari gagasan Pieget dan vigotsky.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada
sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
a. Menekankan pada proses
belajar, bukan proses mengajar
b. Mendorong terjadinya
kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
c.
Memandang
siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
d.
Berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
e.
Mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan
f.
Menghargai
peranan pengalaman kritis dalam belajar
g.
Mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
h.
Penilaian
belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
i.
Berdasarkan
proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
j.
Banyak
menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,
seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
k.
Menekankan
bagaimana siswa belajar
l.
Mendorong
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
dan guru
m.
Sangat
mendukung terjadinya belajar kooperatif
n.
Melibatkan
siswa dalam situasi dunia nyata
o.
Menekankan
pentingnya konteks siswa dalam belajar
p.
Memperhatikan
keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
q.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang
didasarkan pada pengalaman nyata
3. Konsep Dasar
Konstruktivisme
Berikut
ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:
a. Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori
konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan individu yang unik
dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula. Dalam teori ini tidak hanya
memperkenalkan keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga secara nyata
mendorong, memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai integral
dari proses pembelajaran.
b. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola
diri sendiri)
Siswa
dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar
yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu bagaimana serta kapan
menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Self
Regulated Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari
nilai yang diperolehnya sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal
yang lain, misalnya dari guru atau orang tuanya.
c. Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam
konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar bertumpu kepada
siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam proses pembelajaran,
dan berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan sebelumnya yang menyatakan
tanggung jawab pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa berperan secara
pasif dan reseptif. Disini para pembelajar mencari makna dan akan mencoba
mencari keteraturan dari berbagai kejadian yang ada di dunia, bahkan seandainya
informasi yang tersedia tidak lengkap.
d. Motivasi Pembelajaran
Motivasi
belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap potensi
belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi untuk
memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai
masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh
kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang lebih
kompleks lagi.
e. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika
seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok bahasan, maka
fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap pokok
bahasan/konten kurikulum.
f. Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar
dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda diakomodasi untuk melakukan
kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman
yang sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
d. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam
proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang kompleks untuk
dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran
dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan
secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks
(Suyono, 2011: 111-115)
4. Implementasi Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan
ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka
tentang penerapan di kelas.
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan
menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka.
Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses
belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan
memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir
reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru
yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan
atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau
diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika
mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang
sangat bermakna akan terjadi di kelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong
terjadinya diskusi
Jika
diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan
pengalaman nyata.
f. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
Selain
itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang
membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga
kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar
siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Dalam mengkonstruksi
pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat
hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan,
mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan,
mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru
(Soemanto, 1998: 89)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar